PAMEKASAN, MADURANET — Peringatan Haul Ronggo Sukowati kembali digelar pada Senin (3/10/2025). Kali ini ditempatkan di bekas pemakaman para pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yaitu Masjid Agung Asy Syuhada, Pamekasan. Momentum ini dimaknai sebagai ajang mengenang perjalanan sejarah Pamekasan sekaligus bentuk penghormatan terhadap para syuhada serta tokoh pendiri daerah.
Bupati Pamekasan mengatakan bahwa momentum haul menjadi pengingat agar masyarakat tidak melupakan sejarah dan terus memperkuat pembangunan di berbagai bidang.
“Di umur yang tua ini, semoga kita semua telah menemukan jati diri untuk membangun pendidikan, ekonomi, birokrasi, dan infrastruktur daerah,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, sejarah panjang Pamekasan diawali pada tahun 1530 Masehi, saat wilayah ini dikenal sebagai Rato Pamellingan sebelum akhirnya berganti nama menjadi Pamekasan. Karena itu, sambung Bupati, upaya pembangunan daerah harus selalu tersambung dengan nilai-nilai para pendahulu.
“Kalau bat8n kita nyambung dengan para pendahulu, Insya Allah kita akan tetap dalam bimbingannya,” ujarnya.
Bupati juga menyebut bahwa baru pada tahun ini Haul Ronggo Sukowati digelar di Masjid Agung. Hal tersebut dinilai penting mengingat masjid tersebut memiliki sejarah perjuangan para syuhada.
“Di masjid ini banyak syuhada yang gugur, menjadi saksi perjuangan para pahlawan. Karena itu masjid ini diberi nama Asy Syuhada,” jelasnya.
Acara tersebut turut dihadiri unsur DPRD, Forkopimda, Sekda, kepala perangkat daerah, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta pengurus dan yayasan Masjid Asy Syuhada.
Hadir sebagai penceramah, KH Musleh Adnan, pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatut Ta’limiyah, Plakpak, Pegantenan. Ia menyampaikan pentingnya haul sebagai momentum napak tilas nilai perjuangan para pendiri daerah. Ia menegaskan bahwa orang-orang yang gugur dan dimuliakan di lingkungan masjid merupakan para pejuang yang wafat dalam keadaan syahid.
“Tempat pengajian ini menjadi tempat meninggalnya orang yang mati syahid,” ucapnya.
KH Musleh juga menuturkan pengalamannya mengikuti pelatihan manajemen kepesantrenan di Surabaya, yang menjelaskan bahwa kepemimpinan di Indonesia tidak terlepas dari nilai spiritual. Hal itu tampak dari keberadaan alun-alun yang secara turun-temurun selalu berdekatan dengan simbol-simbol ibadah.
“Ronggo Sukowati adalah wali karena keturunan Sunan Giri,” jelasnya.
Dalam ceramahnya, KH Musleh menjelaskan bahwa agama dan kekuasaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
“Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi, sedangkan pejabat adalah yang menjaga. Bila pondasinya tidak kuat, maka akan roboh. Dan bila tidak dijaga, maka akan sia-sia,” tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa seseorang kelak akan dikenang melalui cerita-cerita setelah ia meninggal dunia. Karena itu, setiap orang seharusnya berupaya meninggalkan jejak yang baik bagi generasi berikutnya.
“Maka jadilah kita cerita yang baik bagi orang yang menceritakan,” pesannya.
KH Musleh menutup ceramahnya dengan doa agar seluruh masyarakat mendapat keberkahan dari para pejuang.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.















	    	










































Komentar post