PAMEKASAN, MADURANET — Islamic Boarding School (IBS) Padepokan Kiyai Mudrikah Kembang Kuning (PKMKK) Desa Lancar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan memiliki 3 pondasi ilmu pengetahuan yang menjadi pegangan. Tiga pondasi itu Al-Qur’an, Hadis, dan kitab kuning.
Direktur IBS PKMKK, Achmad Muhlis menjelaskan, di luar tiga pondasi yang dikembangkan dalam pendidikan di IBS, tool lain yang bisa digunakan yaitu sains, teknologi, dan bahasa. Alat bantu tersebut menjadi jembatan untuk menafsirkan dan meneguhkan ajaran Islam dalam konteks zaman modern.
“Kalau bicara ilmu pesantren, basisnya ada tiga: Al-Qur’an, Hadis, dan kitab kuning. Itu ruh-nya. Yang lain hanyalah alat,” ujar Achmad Muhlis, saat ditemui di kediamannya, Ahad (5/10/2025).
Pernyataan Achmad Muhlis bukan semata-mata idealisme. Ia menyiapkan diri menyandang gelar guru besar bidang Sosiologi Pendidikan Islam, sembari mempraktikkan gagasan itu langsung di lapangan melalui kurikulum khas IBS PKMKK yang dinamai Kurikulum Muwahhid.
Bagi Muhlis, integrasi keilmuan tidak cukup berarti dua disiplin berjalan berdampingan.
“Integrasi itu bukan berjalan beriringan, tapi menyatu menjadi satu kesatuan,” tegasnya.
Dari pandangan itu, lahir silabus yang memadukan disiplin agama dan sains, seperti Matematika dan Agama, IPA dan Agama, hingga IPS dan Agama.
“Tujuannya jelas, membentuk santri yang memahami bahwa, agama adalah sains, dan sains adalah agama,” ungkap Achmad Muhlis.
Pendekatan ini tidak hanya memperkuat tauhid, tapi juga mengikis sekularisme dalam pendidikan Islam modern. Santri IBS, kata Muhlis, harus memiliki kesadaran identitas sebagai santri, memahami kutub turats, Al-Qur’an, dan Hadis, sembari menguasai literasi teknologi dan bahasa sebagai instrumen dakwah masa kini.
Konsep itu bukan hanya retorika. Sejak tahun pertama IBS PKMKK berdiri, sudah mencatatkan prestasi internasional. Tahun 2023, santrinya meraih Gold Award pada kejuaraan matematika di Thailand. Tahun berikutnya, menjuarai Southeast Asian Mathematical Olympiad (SEAMO) 2024, dan kembali berjaya di SEAMO X 2025 Malaysia.
“Untuk tingkat nasional dan lokal, alhamdulillah banyak juga,” ucapnya.
Prestasi itu menjadi bukti bahwa integrasi antara sains dan agama dapat melahirkan generasi santri yang cerdas spiritual sekaligus unggul intelektual.
Model pendidikan IBS PKMKK kini disebut-sebut sebagai prototipe baru pesantren modern, yang tak sekadar mencetak penghafal kitab, tapi juga ilmuwan dengan basis keislaman kuat.
“Sempat kemarin kami kedatangan tamu dari salah satu pesantren, yang juga tertarik dengan kurikulum yang sedang kita gagas,“ tambahnya.
Bagi Muhlis, keberhasilan itu bukan soal gengsi akademik, melainkan soal visi jangka panjang: menciptakan sistem pendidikan yang tidak membedakan si kaya dan si miskin, santri dan ilmuwan, agama dan sains.
“Pesantren harus melahirkan manusia yang utuh, berpikir ilmiah tapi tetap tunduk pada nilai-nilai ilahiah dan keimanan,” pungkasnya.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post