PAMEKASAN, MADURANET – Islamic Boarding School (IBS) Padepokan Kyai Mudrikah Kembang Kuning (IBS PKMKK), Desa Lancar, Kecamatan Larangan, Kabupaten Pamekasan, menuai komentar dari wali santri.
Bukan hanya soal fasilitas modern yang menunjang pembelajaran, tetapi juga karena kepedulian pengasuh dan dewan pengurus yang dinilai luar biasa.
Farid Firmansyah, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Madura, mengaku perubahan positif sangat dirasakan pada putra kembarnya, Farel dan Faris, santri kelas IX yang kini sudah menghafal tiga juz Alquran serta menulis dua karya ilmiah.
“Anak saya dulu sulit terkontrol penggunaan elektronik, dikarenakan faktor kesibukan orang tua. Tapi di sini diarahkan dengan baik. Ada program satu santri satu laptop, sehingga mereka belajar memanfaatkan teknologi untuk hal positif,” ujarnya, Ahad (5/10/2025).
Lebih dari itu, Farid menilai kunci utama keunggulan IBS PKMKK bukan semata fasilitas. Melainkan kepedulian pengasuh.
“Kalau anak sakit sehari tidak sembuh, langsung dibawa ke rumah sakit. Padahal iuran kesehatan hanya Rp5 ribu, dan Rp10 ribu per hari untuk makan. Itu sungguh tidak masuk akal,” katanya.
Haris, wali satri dari Muhammad Faiz, seorang wiraswasta asal Desa Larangan Tokol, Kecamatan Tlanakan menyebut, IBS PKMKK sangat layak direkomendasikan.
“Mau bilang gratis masih ada biayanya. Namun dibandingkan fasilitasnya, sudah menyamai lembaga dengan biaya puluhan juta,” katanya.
Apresiasi serupa datang dari Azizah, ibunda Faiz, santri kelas 8. Ia menyoroti fasilitas kelas yang ber-AC, dilengkapi smart TV, dan lingkungan bersih.
“Tidak ada uang gedung, sementara dengan fasilitas seperti ini, kalau di luar bisa sampai Rp5 juta–Rp10 juta hanya untuk biaya masuk. Di sini gratis, tapi fasilitasnya luar biasa,” ucapnya.
Menurut Azizah, animo masyarakat sangat tinggi.
“Masuk ke IBS ini harus daftar dua atau tiga tahun sebelumnya karena antriannya panjang,” tambahnya.
Sementara itu, Muhar, seorang guru agama, menilai perubahan sikap anaknya setelah mondok sangat terasa.
“Akhlaknya membaik, kebiasaan buruk terkikis. Bahkan ini membuat teman dan tetangga ikut tertarik memondokkan anaknya di IBS,” tuturnya.
Menanggapi semua itu, Direktur Utama IBS PKMKK, Achmad Muhlis menyebut, lembaga ini memang dirancang untuk semua lapisan masyarakat.
“Santri kami berasal dari berbagai latar belakang, ada anak tukang becak, guru, wiraswasta, bahkan pejabat. Ada yang dari Madura, Jawa, hingga Bali. Jadi IBS ini betul-betul rumah pendidikan untuk semua,” ujarnya.
Dengan perpaduan fasilitas modern, biaya terjangkau, serta kepedulian pengasuh yang menyentuh langsung kebutuhan santri, IBS PKMKK kian memperkuat posisinya sebagai pesantren modern yang tetap mengakar pada nilai keislaman dan kepedulian sosial.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post