PAMEKASAN, MADURANET – Kasus keracunan makanan bergizi gratis (MBG) di Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, membuka tabir adanya bahaya serius dalam rantai penyediaan pangan. Kejadian yang menyebabkan 37 siswa keracunan tersebut diketahui mengandung bakteri yang biasa ditemukan di usus manusia dan hewan.
Hasil laboratorium yang dirilis Dinas Kesehatan dan disampaikan langsung oleh kepala Dinas Kesehatan Pamekasan, Saifudin, Kamis (25/9/2025), ditemukan dua jenis bakteri berbahaya. Makanan yang dikonsumsi terkontaminasi bakteri Escherichia coli (E. coli) dan Staphylococcus aureus (S. aureus).
Dalam publikasi ilmiah yang ditulis Ardia Ramadhani, Susy Saadah, dan Sogandi di Jurnal Bioteknologi & Biosains Indonesia, dijelaskan bahwa E. coli dan S. aureus bukanlah mikroba sepele.
Dalam jurnal dijelaskan, E. coli adalah bakteri Gram negatif yang biasa ditemukan di usus manusia dan hewan. Bakteri tersebut hidup dalam kotoran hewan dan manusia.
Dalam jumlah normal tidak berbahaya, namun strain patogeniknya bisa memicu diare parah, infeksi usus, hingga meningitis pada bayi.
Lebih lanjut, S. aureus merupakan bakteri Gram positif yang hidup di kulit dan mukosa manusia. Jika masuk ke tubuh lewat makanan atau luka, ia bisa memicu infeksi kulit, abses, pneumonia, sepsis, hingga meningitis. Beberapa strain bahkan sudah resisten antibiotik, membuat pengobatan semakin sulit.
Kombinasi keduanya di dalam makanan, apalagi dikonsumsi anak-anak, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani segera.
Menyikapi hal ini, Gerakan Mahasiswa dan Pelajar Kebangsaan (GMPK) DPC Pamekasan menilai, kasus ini sebagai bentuk kegagalan serius dalam pengawasan. Ketua GMPK, Muchtar Jibril, menegaskan bahwa keracunan ini tidak bisa dianggap sebagai kelalaian kecil.
“Kalau sampai ada E. coli yang biasanya ada di kotoran manusia dan hewan, ini bukti standar sanitasi tidak berjalan. Pemerintah pusat sudah menggelontorkan dana besar, tapi pelaksanaan di bawah justru membahayakan anak-anak,” tegasnya, Rabu (1/10/2025).
Muchtar mendesak Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Pamekasan segera melakukan audit menyeluruh terhadap dapur penyedia MBG. Ia juga menyoroti minimnya keterlibatan ahli gizi dan kesehatan masyarakat dalam pengawasan menu sebelum dibagikan ke siswa.
“Program ini jangan jadi formalitas belaka. Kalau hanya kejar laporan administrasi tapi kualitas makanan diabaikan, sama saja membunuh perlahan. GMPK akan terus mengawal agar kasus ini tidak berhenti di permintaan maaf,” ujarnya.
Sebagai tindak lanjut, GMPK berkomitmen mengawal ketat program MBG di Pamekasan. Mereka bahkan menyiapkan hotline pengaduan masyarakat.
“Agar tidak ada lagi yang main-main, kami siap menerima laporan jika ditemukan hal yang janggal. Ini program Presiden, jangan sampai dicederai oleh kelalaian,” tambah Muchtar.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post