PAMEKASAN, MADURANET – Akhir September yang hangat, menyelimuti awan putih yang tebal menggelantung di langit Pantai Talang Siring, Desa Montok, Kecamatan Larangan, Pamekasan. Para pengunjung yang sengaja datang lebih pagi, berharap melihat sunrise, momentum indah di salah satu destinasi wisata yang menjadi salah satu ikon pariwisata Pamekasan ini.
Jam menunjukan pukul 05.15 WIB. Mentari malu-malu menampakkan wajahnya. Seolah malu menyingkap keindahan hamparan pantai Talang Siring, yang kini tampak mulai dikotori sampah berbagai jenis.
Warga sekitar, Rifqi (23) menghampiri kami. Ia bertutur bahwa Talang Siring dulu pernah jadi primadona. Namun, akhir-akhir ini, primadona masyarakat untuk berlibur di akhir pekan telah berubah.
“Dulu pantai ini ramai sekali. Sekitar satu-dua tahun lalu, Talang Siring jadi menu wajib akhir pekan orang Pamekasan. Sekarang sepi,” katanya.
Meskpin sudah dilakukan penataan dan tambahan fasilitas baru, belum mampu meyakinkan masyarakat untuk melirik kembali Talang Siring. Barisan pohon Cemara, hamparan pasir, dan hutan kawasan mangrove, menjadikannya paket lengkap, wisata alam, edukasi, sekaligus rekreasi keluarga.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Pemerintah Desa Montok, bersama Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, menyuntik dana untuk menambah fasilitas kolam ikan, stage pertunjukan, musala, aula, hingga water park yang bersumber dari Dana Desa (DD) 2024.
Namun, fasilitas-fasilitas tersebut kini sudah tak terawat. Kolam renang dibiarkan kering dan berlumut, stage jumuh, jembatan kayu menuju hutan mangrove banyak yang lapuk. Bahkan, pernah kejadian orang nyemplung ke laut karena sandaran kayu jembatan telah lapuk.
Marmer di tepian water park menegaskan jejak dana desa, ditandatangani Kepala Desa Montok Kusmiana Thamrin. Tapi hasilnya kini hanya bangunan terbengkalai.
Salah satu pengunjung, Habibi, mahasiswa anggota Ikatan Alumni Annuqayah (IAA) Cabang Pamekasan, bersama kawan-kawannya memilih camping di pantai. Mereka datang sejak malam, membayar Rp100.000 untuk sewa tenda, Rp5.000 per orang untuk tiket masuk, dan Rp5.000 untuk parkir semalam.
“Semuanya Rp160.000 untuk camping di sini, lain biaya parkir itu tadi. Murah, tapi ya karena memang kurang terawat,” ujarnya.
Meski kecewa dengan kondisi fasilitas, Habibi tetap memuji alam Talang Siring.
“Hamparan pasir putihnya masih indah. Kami sekalian eksplorasi untuk bahan tulisan ilmiah soal keindahan wisata,” katanya.
Potensi besar Talang Siring sebenarnya tak terbantahkan. Kawasan cemara dan mangrove menyimpan daya tarik ekowisata. Kolam renang dan mangrove bisa menjadi pusat hiburan rakyat. Tapi tanpa perawatan, semuanya berubah jadi proyek terbengkalai.
Seorang petugas kebersihan yang ditemui, enggan buka mulut. Di pintu masuk pembelian tiket, ia sempat melontarkan kalimat getir.
“Kalau ada mahasiswa UIN Madura tak akan kami terima lagi. Kalau bukan karena ada tetangga yang ikut, tidak akan saya beri izin,” ujar penjaga.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post