PAMEKASAN, MADURANET – Finalis Putera Puteri Batik Jawa Timur 2025 asal Madura, Muaddibunnas atau yang akrab disapa Adib, mengunjungi sentra batik di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, Sabtu (19/7/2025).
Kunjungan ini menjadi ruang bagi para pengrajin batik untuk menyuarakan berbagai keluhan yang selama ini nyaris luput dari perhatian pemerintah.
Adib, yang juga dinobatkan sebagai Winner Potra Batik Madura, mengaku sengaja datang untuk mendengar langsung aspirasi para pembatik.
“Saya datang ke sini untuk merawat warisan budaya dan memastikan suara para pengrajin sampai ke tingkat provinsi. Mereka punya harapan besar pada saya selama menjabat sebagai duta batik,” ujarnya.
Namun, kunjungan ini tak sekadar seremonial. Dari balik warna-warna cerah batik khas Klampar, terselip keluhan dan keresahan mendalam dari pelaku industri rumahan yang selama ini bertahan dengan alat produksi minim dan kondisi lingkungan yang memprihatinkan.
Menurut Adib, beberapa pengrajin bahkan terpaksa mencuci batik di sungai akibat tidak adanya fasilitas pencucian yang layak. Hal ini tak hanya berdampak pada kualitas produksi, tetapi juga mengancam ekosistem sungai.
“Bayangkan, mereka masih mencuci batik di sungai. Akibatnya air sungai berubah warna menjadi merah. Ini sangat disayangkan karena selain merusak lingkungan, itu juga cerminan betapa rendahnya perhatian pemerintah,” terang Adib.
Ia juga menyampaikan keluhan dari salah satu pengrajin, Ibu Kus, yang merasa keberadaan batik Pamekasan kurang mendapat tempat dalam berbagai event budaya resmi.
“Batik dari kabupaten sebelah sering dieksplor lewat event-event pemerintah, sementara kami seolah dianaktirikan,” katanya.
Adib menegaskan, para pengrajin merasa kurang difasilitasi, terutama sejak masa pemerintahan sebelumnya. Minimnya akses pada pelatihan, alat produksi, hingga pemasaran menjadi hambatan serius yang tak kunjung mendapat solusi.
“Ini ironis, mengingat Pamekasan dikenal sebagai kota batik. Tapi pembatiknya dibiarkan berjuang sendiri. Harusnya ada kebijakan afirmatif untuk mendukung industri ini,” ujarnya.
Sebagai Duta Batik Jatim, Adib berjanji akan membawa persoalan ini ke tingkat provinsi, sekaligus mendorong kolaborasi yang lebih serius antara pengrajin, Pemkab, dan pemerintah provinsi. Ia juga menyerukan agar pelestarian budaya tidak hanya berhenti pada slogan, tetapi diwujudkan lewat langkah konkret di lapangan.
“Batik bukan sekadar motif, tapi identitas dan warisan. Jika tak dijaga, bukan hanya budaya yang hilang, tapi juga kesejahteraan rakyat kecil yang terancam,” tegasnya.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.






















































Komentar post