PAMEKASAN, MADURANET – Cuaca tidak menentu tahun ini menjadi kendala utama bagi petani garam di Kabupaten Pamekasan. Ketika tambak garam sudah rampung, tiba-tiba hujan datang mengguyur.
Joni Pranata, salah satu petani garam muda asal Desa Lembung, Kecamatan Galis, mengaku lahan garam sebenarnya sudah disiapkan sejak awal Mei lalu. Tapi, cuaca yang sulit diprediksi membuat produksi tersendat.
“Lahan di sini rata-rata sudah siap dan kering. Pemanasan air juga sudah beres. Tapi hujan masih sering turun, walaupun cuma gerimis, seperti tadi malam. Ini bikin lahan basah lagi,” ujar Joni, Jumat (4/7/2025).
Menurut Joni, seharusnya bulan ini sudah masuk musim kemarau penuh. Tapi faktanya, hujan masih sering turun dalam dua bulan terakhir.
“Biasanya bulan ini sudah kering total. Tahun ini malah hujan masih sering turun. Musimnya memang susah ditebak sekarang,” jelasnya.
Jika cuaca benar-benar cerah tanpa hujan, kata Joni, petani butuh waktu sekitar tujuh sampai sepuluh hari untuk bisa panen.
“Kalau panas terus, butuh sekitar seminggu sampai sepuluh hari untuk panen,” tandasnya.
Cuaca buruk yang tak kunjung reda mulai berdampak pada harga garam di tingkat petani. Saat ini harga garam sudah tembus Rp 1.300.000 per ton.
Afton, pedagang garam asal Desa Lembung, mengatakan harga garam mulai merangkak naik karena stok sangat terbatas. Produksi garam terhambat akibat cuaca yang tidak menentu.
“Harga naik karena stok sedikit. Produksi belum bisa maksimal,” ujarnya, Jumat (4/7/2025)
Ia memperkirakan harga garam bakal turun lagi ke kisaran Rp 1.000.000 per ton saat panen raya tiba. Afton juga berharap pemerintah tidak membuka kran impor garam yang bisa memukul harga garam lokal.
“Kalau garam impor masuk, garam rakyat bisa anjlok harganya. Kami berharap pemerintah melindungi petani garam lokal,” tegasnya.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan, Abdul Fata, membenarkan kondisi yang dialami petani. Ia menyebut, saat ini para petani masih harap-harap cemas karena cuaca belum stabil.
“Petani garam masih harap-harap cemas. Sekarang masuk kategori kemarau basah,” ujarnya, Jumat (4/7/2025).
Fatah mengungkapkan, stok garam di Pamekasan kini hanya tersisa 21,900 ton, dari stok 124.000 ton tahun lalu. Harga garam di tingkat petani saat ini berkisar antara Rp 1,3 juta hingga Rp 1,4 juta per ton. Harga ini didorong oleh stok yang terus menurun, bersamaan dengan kebutuhan garam untuk konsumsi harian yang terus dilepas ke pasaran.
“Stok menipis karena kebutuhan harian terus berjalan. Petani masih menunggu cuaca membaik untuk bisa produksi,” jelas Fatah.
Fatah juga menambahkan, sebagian petani di desa lain sudah ada yang mencoba produksi, termasuk di Desa Majungan, Kec. Pademawu, Pamekasan. Namun, usaha tersebut belum membuahkan hasil.
“Contohnya di Desa Majungan, sudah ada yang mulai produksi, tapi tadi malam kena hujan lagi. Akhirnya gagal produksi,” tandasnya.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.






















































Komentar post