PAMEKASAN, MADURANET – Munculnya pernyataan dari Chief Executive Officer (CEO) PT Bawang Mas Grup, H Khairul Umam, yang mengimbau petani tembakau di Madura, agar pada musim tanam tembakau 2025 ini mengurangi jumlah tanaman. Hal itu lantaran persediaan tembakau di pabrik sedang penuh. Imbauan itu, sebaiknya tidak perlu ditanggapi dengan panik.
Sebab pernyataan Khairul Umam, yang juga Ketua Paguyuban Pelopor Petani dan Pedagang Tembakau Madura (P4TM) itu, sebatas imbauan.
“Kalau petani mau tetap menanam tembakau dengan luas lahan seperti tahun sebelumnya silakan. Mau mengurangi juga tidak apa-apa. Karena keuntungan dan kerugiannya ditanggung petani sendiri,” ujar Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Pamekasan, Samukrah, kepada Maduranet, Minggu (20/4/2025).
Sampai saat ini APTI belum mendengar informasi dari pabrikan besar mengenai stok tembakau di pabrik. Beda dengan Haji Her, sapaan akrab Khairul Umam, karena H Her merupakan pengusaha tembakau yang bisa jadi selama ini lebih sering berkomunikasi dengan pabrikan besar. Sehingga mendapat informasi jika persediaan tembakau di pabrikan masih banyak.i
“Tinggi rendahnya harga tembakau itu, selain karena faktor iklim yang bagus juga karena faktor permintaan dan penawaran. Jika jumlah barang yang ditawarkan banyak, sementara permintaan sedikit, maka harganya bisa turun,” ujarnya.
Dikatakan, saat ini pemerintah pusat menggalakkan program swasembada pangan. Tentu bagi lahan yang bukan kawasan tidak berpotensi untuk ditanami tembakau, jangan dipaksakan ditanami tembakau. Terutama di dataran rendah, apakah air cukup atau berlebih.
“Kalau saya sebagai petani, musim tanam tembakau tahun ini tetap akan menanam dengan jumlah seperti tahun kemarin,” kata Samukrah.
Begitu juga, bagi petani yang selama ini biasa tanam tembakau terutama lahannya yang memang berpotensi bagus untuk tembakau dan iklim bagus, silakan tanam. Namun tetap melihat kondisi lahan di lapangan.
“Misalnya tetangga kanan kirinya sudah tanam padi, sementara lahan miliknya berada di lokasi di tengah-tengah, pastinya berisiko. Karena padi membutuhkan banyak air. Sedang tembakau butuh airnya sedikit. Dan bila dipaksakan, bila di sekitarnya sudah banyak yang tanam padi, sementara tetap tanam tembakau, makau kualitas tembakaunya rusak dan bisa memicu konflik,” ungkapnya.
Samukrah berharap, musim tanam tembakau yang akan berlangsung antara Mei hingga Juni minggu ketiga, iklimnya bagus dan pabrik membeli sesuai dengan harapan petani dengan harga yang ditawarkan pabrikan di atas break even point (BEP).
“Semoga harga tembakau tahun sama dengan harga pada 2024, yang merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah. Jika tidak, minimal sama dengan harga tembakau pada 2023,” papar Samukrah.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post