PAMEKASAN, MADURANET– Kawasan Arek Lancor, Pamekasan, yang selama ini ramai dengan hiruk-pikuk aktivitas PKL, 10 hari belakangan ini sudah bersih. Para PKL direlokasi ke Food Colony, di Jl Kesehatan Pamekasan, Kelurahan Barurambat Kota.
Untuk mengantisipasi kedatangan kembali PKL ke Arek Lancor, tim penataan PKL Pemkab mendirikan posko penjagaan ukuran 3×3 meter. Posko dibagi 5 titik. Dua posko di Jl Slamet Riyadi, di sebelah barat pintu keluar Bakorwil IV Pamekasan di sisi barat. Satu titik di depan kantor KONI Pamekasan, kemudian satu titik di pintu masuk sisi timur Arek Lancor. Titik selanjutnya di depan kantor Pos dan Giro, Jl Masegit Pamekasan.
Kepala Satpol PP Pamekasan, Yusuf Wibiseno, kepada MADURANET, mengatakan, setiap hari 70 orang menempati tiap-tiap posko dengan sistem kerja secara bergiliran).
Shift pagi, pukul 07.00 – 14.00. Shift siang, pukul 14.00 – 22.00 dan shift malam, pukul 22.00 – 07.00.
“Masing-masing posko dijaga petugas Dishub setiap harinya 35 orang. Namun hanya berjaga pada shift pagi dan shift siang saja,” kata Yusuf Wibiseno, Sabtu (1/2/2025).
Menurut Yusuf, berdasarkan hasil rapat tim penataan PKL, penempatan posko itu disiagakan sampai kondisinya benar-benar kondusif. Bahkan bisa sampai Idul Fitri. Namun masih akan melihat perkembangannya di lapangan. Karena saat ini pihaknya masih konsentrasi pada kawasan Arek Lancor.
Dijelaskan Yusuf, setelah Arek Lancor selesai dan sudah steril dari aktivitas PKL, langkah selanjutnya tim akan bergerak menertibkan PKL yang berjualan di kawasan terlarang lainnya untuk direlokasi ke tempat sentra PKL yang sudah disediakan.
“Dalam Perda terdapat beberapa kawasan yang diperbolehkan ditempati PKL, hanya saja waktunya dibatasi, mulai pukul 16.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB. Seperti di Jl Jokotole, Jl Wahid Hasyim, Jl Pintu Gerbang, Jl Teja, Jl Balaikambang, Jl Stadion dan Jl Niaga. Sedangkan khusus di Food Colony, Sae Salera II dan Eks Stasiun Kereta Api (KA) di Jl Trunojoyo, waktunya 24 jam,” ujar Yusuf.
Yusuf mengakui, dalam penegakan Perda penertiban PKL, di lapangan anggotanya sering menemui kendala yang bisa membangkitkan emosi. Seperti mendapat caci maki, sumpah serapah dan hujatan dari PKL, namun semua itu dihadapi dengan lapang dada.
“Anggota kami juga manusia, sehingga timbul emosi ketika di lapangan. Walau tugas kami sebagai penegak Perda dan tidak ada toleransi bagi setiap pelanggaran, kami selalu berpesan dalam bertugas harus humanis, karena PKL juga manusia dan bukan musuh kami,” ungkapnya.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post