PAMEKASAN, MADURANET – Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura, Jawa Timur menggelar kegiatan pembinaan terhadap pembina organisasi kemahasiswaan (Ormawa) dan pimpinan Ormawa di Pantai 9, Desa Bringsang Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep mulai Rabu sampai Jumat (23-25/10/2024).
Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama, Dr. Muhammad Ali Humaidy dalam sambutannya menjelaskan, kegiatan peningkatan kapasitas pembina Ormawa itu merupakan sarana untuk saling mengkoreksi. Selain itu, untuk menertibkan administrasi dan merubah pedoman dan surat edaran khusus Ormawa.
“Selama ini pimpinan di masing-masing fakultas dan institut banyak tidak tahu kegiatan Ormawa. Oleh sebab itu, perlu ada saling koreksi sehingga ke depan secara administrasi kegiatan itu memiliki kekuatan hukum,” ujar Ali Humaidy.
Mantan aktivis Pegerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Surabaya ini menambahkan, masalah yang sering terjadi selama ini, ketika kegiatan Ormawa di luar kampus, tidak ada laporan ke institut sehingga pimpinan tidak tahu apa dampaknya secara institusional.
“Harapan kami ke depan, para pembina Ormawa bisa memberikan catatan dan rekomendasi jika ada surat dari luar kepada Ormawa,” ujarnya.
Termasuk hal penganggaran, pembina perlu ikut rembuk sehingga tahu. Hal ini tidak bertujuan untuk mempersoalkan anggaran, tetapi agar pembina Ormawa bisa melakukan pembinaan dengan baik.
Dalam kegiatan ini, IAIN Madura menghadirkan Warek III IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dr. Abdur Rozaqi sebagai narasumber. Dalam pemaparannya, pria kelahiran Kabupaten Bangkalan ini menuturkan, perguruan tinggi di Madura akan memiliki peran yang cukup besar untuk memajukan peradaban di Madura. Oleh sebab itu, IAIN Madura diharapkan segera berubah status sebagai UIN Madura.
“Untuk memajukan peradaban, saya ingin berbagi konsep dan inspirasi dari Yunani tentang 3 cinta. Cinta ilmu, cinta seni dan cinta orlahraga,” ujar Rozaqi.
Rozaqi menambahkan, cinta ilmu di Yunani melahirkan kebijaksanaan. Orang yang berilmu akan semakin berahlak. Ilmu bukan untuk mengejar kekuasaan seperti yang terjadi saat ini.
“Ilmu bukan untuk kekuasaan tapi kebijaksanaan. Mencintai kebenaran melahirkan kebijaksanaan. Lahirlah berbagai macam metode ilmu pengetahuan. Orang Yunani selalu menyangsikan fakta sehingga lahirlah ilmu pengetahuan kritis,” terangnya.
Cinta kedua, yakni cinta seni. Di tangan para seniman, barang bekas bisa memiliki nilai lebih.
“Di tangan para seniman, hidup menjadi indah. Maka di kampus harus ada kesenian,” imbuhnya.
Cinta yang ketiga cinta olahraga. Orang Yunani senang olahraga seperti gladiator. Oleh sebab itu, bangsa-bangsa lain tidak berani menyerang bangsa Yunani.
“Untuk bertahan hidup, dibutuhkan tubuh yang sehat melalui olahraga. Dulu antar bangsa saling serang dan saling menaklukkan. Karena orang Yunani bangsa yang kuat, bangsa lain enggan menyerang Yunani,” pungkasnya.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post