PAMEKASAN, MADURANET – Pondok Pesantren Al Falah Sumber Gayam, Desa Kadur, Kecamatan Kadur, Kabupaten Pamekasan, telah berusia 100 tahun. Pesantren ini didirikan oleh KH. Muhammad Thoha bin Jamaluddin pada tahun 1924/1346 H. Tanah yang ditempati pesantren ini, merupakan pemberian dari masyarakat bernama H. Asy’ari seluas 3,5 hektar.
Sebelum bernama Al Falah, pesantren Sumber Gayam bernama Al Mujahidin berdasarkan hasil istikhara KH. Abdul Hamid Bangkes. Nama tersebut diidentikkan dengan sosok Kiai Muhammad Thoha yang seorang pejuang kemerdekaan.
Nama Al Mujahidin berubah lagi di tahun 1974 menjadi Nurul Falah setelah Kiai Thoha wafat di tahun 1970. Estafet kepemimpinan pesantren dilanjutkan oleh KH. Muhammad Lutfie Thoha dan nama Nurul Falah berubah lagi menjadi Al Falah.
Pengasuh pesantren Al Falah, KH. Afifuddin Thoha dalam sambutan acara Harlah 1 Abad, Selasa (24/9/2024) menyampaikan, arah pendidikan dan pengajaran di pesantren saat ini tidak lepas dari jejak yang ditinggalkan Kiai Thoha. Kiai Thoha hijrah dari tanah kelahirannya di Pondon Pesantren Kembang Kuning, Desa Lancar, Kecamatan Larangan karena didasari perjuangan untuk menyebarkan agama dan ilmu.
“Sebisa mungkin pengelola pendidikan saat ini, mengikuti jejak dan meneladani pendiri dan penerus pesantren,” kata Kiai Afif.
Selain meneladani pendiri dan penerus, pengelola pendidikan bisa terus mengembangkan infrastruktur, penyesuaian kurikulum pendidikan yang menjadi tantangan pesantren agar sesuai dengan tuntutan masyarakat dan tantangan zaman.
“Sumber Gayam ini ada yang berjuang secara halus melalui doa-doa dan pemikiran dan ada yang berjuang secara kasar melalui tenaga. Semoga diterima oleh Allah sebagai jariyah,” imbuhnya.
Menurut Kiai Afif, Sumber Gayam menjadi lembaga pendidikan dan pengajaran tafaqquh fiddin. Ketika dalam masa perjuangan agama, tidak semuanya harus turun dalam pertempuran. Namun ada yang sebagian yang tekun dalam urusan ilmu dan agama. Setelah memiliki ilmu, kemudian ia mengajak untuk menjadi pelopor kebaikan.
“Para alumni diharapkan bisa berperan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang petani, pengusaha, pendidik dan profesi lainnya, bisa sama-sama mengamalkan ilmunya,” ujarnya.
Pembangunan infrastruktur Pondok Pesantren Sumber Gayam, sejak dulu bersama-sama dengan masyarakat sekitar. Sambutan baik dari masyarakat itu, karena pendirian pesantren ikhlas karena Allah. Sebab, menjalankan pendidikan di pesantren, bukan saja untuk pengajaran dan pendidikan, melainkan karena untuk membentengi agama dan masyarakat.
“Maka, pesantren dan masyarakat jangan sampai lepas hubungan karena ini warisan Kiai Thoha,” ungkap Kiai Afif.
Menurut salah satu santri senior asal Desa Larangan Luar, Kecamatan Larangan, Ahmad Syariin, Kiai Thoha merupakan ulama yang gigih dalam urusan perjuangan kemerdekaan dan pendidikan. Dalam kondisi apapun, Kiai Thoha selalu mendidik santrinya.
“Dalam kondisi kurang sehat, Kiai Thoha masih memberi pengajian kepada santrinya. Bahkan kondisi sesak nafas, Kiai Thoha tetap mendidik santrinya,” kata Syariin.
Suatu ketika, saat sebelum pengajian dimulai, penyakit asma Kiai Thoha kambuh. Sehingga harus mengisap obat terlebih dahulu untuk melonggarkan pernapasan. Bahkan, di tengah-tengah pengajian berlangsung, asma Kiai Thoha kambuh sehingga harus menghisap obat.
“Penyakit asma Kiai Thoha itu kadang kambuh sebelum pengajian, saat pengajian berlangsung. Bahkan saat menjelang selesai pengajian. Ini karena gigihnya beliau dalam mendidik santrinya,” ujar Syariin.
Kegigihan mengajar santri, juga dilanjutkan oleh putra-putranya. Seperti KH. Lutfie Thoha. Beliau saat masih baru menikah dan pulang ke rumah istrinya di Sumenep, masih datang ke pesantren untuk mengajar santri. Setelah mengajar, pulang lagi ke Sumenep.
Sedangkan KH. Hefni Thoha, kegigihannya juga sama dalam mengajar santrinya. Dalam satu kesempatan, ada santri alumni yang hendak mengaji. Padahal kondisi kesehatan Kiai Hefni sedang sakit sehingga santri tersebut hendak pulang. Namun dilarang oleh Kiai Hefni.
“Jangan pulang dulu, kalau mata saya masih terang melihat tulisan kitab maka pengajian bisa dilanjutkan. Beliau mengaji dalam keadaan kepala diikat karena kondisinya sakit,” ungkap Syariin.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post