PAMEKASAN, MADURANET – Madrasah Diniyah (MD) Muballighin 1, Desa Tanjung, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur kondisinya memprihatinkan. Beberapa sisi gedungnya sudah tergerus. Bahkan sebagian batu batanya terlihat akan berjatuhan.
Semen-semen yang menempel di tembok, sebagian besar sudah terkelupas karena lapuk dimakan usia.
Madrasah ini dibangun pertama kali tahun 1985. Hingga berusia 38 tahun, madrasah ini sudah beberapa kali direhap karena membahayakan kepada murid-murid.
Kepala MD Muballighin 1, Mohedi menjelaskan, pertama kali madrasah tersebut direhap pada bagian atapnya karena gentengnya lapuk setelah terkikis hawa garam. Bahkan gentengnya berjatuhan ketika dihempas angin kencang.
“Di sini tanahnya mengandung garam sehingga semua bangunannya digerus hawa garam. Mulai dari genteng, tembok dan lantainya,” kata Mohedi saat ditemui, Senin (14/8/2023).
Setelah genteng direhab, giliran temboknya yang melepuh. Pasir-pasir yang menempel di tembok, saat dihempas angin mengakibatkan perih ke mata murid dan para guru.
Para guru memutuskan untuk merehab lagi pada bagian tembok dengan keramik.
“Kita bisa pasang keramik dinding setelah minta sumbangan padi ke masyarakat saat panen. Padi tersebut dijual dan dibelikan keramik,” imbuh Mohedi.
Rehab tembok dengan keramik hanya cukup untuk bagian depan madrasah saja. Sedangkan bagian dalam tidak direhab hingga saat ini. Tembok-tembok tersebut saat disentuh mengeluarkan garam halus.
“Kalau bisa mau direhab total, tapi tidak ada dana. Murid-murid saja di sini iurannya seikhlasnya. Per bulan Rp 15 ribu. Yang mampu bayar, yang tidak mampu tidak apa-apa yang penting mereka sekolah agar bisa belajar,” ungkap Mohedi.
Karena iuran murid-murid seikhlasnya, berdampak kepada gaji para guru. Per bulan, mereka dibayar Rp 100.000. Terkadang, rutin dibayar perbulan. Terkadang pula tidak dibayar.
“Karena bayarannya tak menentu, sulit mencari guru. 8 guru yang mengajar di sini karena ikhlas. Guru-gurunya juga sudah berusia di atas 50 tahunan,” kata Abdul Aziz, salah satu guru.
Menurut para guru, fasilitas yang sangat mendesak yakni pembangunan toilet untuk guru dan murid. Sebab saat butuh toilet, mereka numpang ke rumah tetangga. Bahkan ada yang pulang ke rumahnya.
“Kalau mau wudu’ untuk salat jemaah, kami kesulitan air. Semoga ada dermawan yang bisa membuatkan toilet dan aliran airnya,” terang Muslimah, guru madrasah lainnya.
Anggota DPRD Pamekasan, Qomarul Wahyudi mengaku baru tahu bahwa ada madrasah yang kondisinya memprihatinkan. Menurutnya, 3 hal penting yang akan ditindaklanjuti dirinya selaku wakil rakyat.
“Rehab gedung akan kami bicarakan di Badan Anggaran DPRD Pamekasan tahun ini. Untuk pembangunan toilet, akan kami segerakan. Sedangkan untuk kesejahteraan guru, akan kami bahas dengan Dinas Pendidikan karena ada bantuan bagi madrasah dan guru diniyah,” kata Wahyudi, saat meninjau lokasi madrasah.
Politisi Partai Bulan Bintang ini mengungkapkan, ada dana untuk bantuan guru madrasah diniyah yang tidak dicairkan oleh Pemkab Pamekasan sebesar Rp 7,4 miliar. Dana itu ada sejak tahun 2021 dari Pemprov Jatim. Tapi ditahan di kas daerah Kabupaten Pamekasan.
“Kami akan desak Pemkab Pamekasan agar bantuan itu dicairkan. Apa manfaatnya dana itu ditahan,” tandasnya.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post