*( Oleh : M. Hanafi
Di penghujung tahun 2018, Tuhan menakdirkan saya untuk berkiprah membangun di tanah kelahiran Pamekasan, kabupaten yang kini dapat julukan republik hebat. Di penghujung tahun 2021 ini pula, saya ditakdirkan Tuhan untuk meninggalkan republik hebat menuju Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.
Terasa berat melepaskan diri untuk pergi dari republik hebat ini. Namun, sebagai abdi negara harus legawa dan menerima dengan ikhlas atas keputusan pimpinan, sebagaimana janji suci yang pernah diucapkan dulu saat bai’at abdi negara. Seperti kata pepatah, ada pertemuan maka ada perpisahan.
Namun, pertemuan dan perpisahan ibarat kepingan uang logam yang tak bisa dipisahkan kedua sisinya. Dari pertemuan dan perpisahan itu, siapapun bisa mengambil pelajaran bijak dan berharga.
Selama 3 tahun di republik hebat ini, saya merasa bangga dapat berkiprah di tanah kelahiran. Kebanggaan itu bukan lantas membuat saya jumawa dan ingin membangun citra diri untuk kepentingan individu. Namun semata-mata untuk membangun peradaban di Pamekasan yang lebih baik lagi.
Di republik hebat ini saya lahir, tumbuh dan besar, menghirup udara di Pamekasan, makan nasi dari padi yang ditanam di republik hebat ini, dan mudah-mudahan kelak ketika mati, saya dikubur di tanah republik hebat ini.
Sebelum pergi dari republik hebat ini, ijinkan saya merefleksikan bagaimana mengartikulasikan politik di republik hebat ini berjalan.
Mencintai politik sama juga mencintai ilmu kesenian. Karena dalam politik diajarkan ilmu tentang bagaimana seni meraih dan mempertahankan kekuasaan secara konstitusional. Politik memiliki magnet tersendiri sehingga wajar jika banyak orang yang senang mengikuti dan membahas politik.
Meskipun ada asumsi dari segelintir orang bahwa politik dianggap kotor dan penuh dengan kemunafikan karena ulah politisi yang sudah melek politik. Padahal, politik merupakan sarana bagi kekuasaan untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan sejahtera.
Dalam politik, kita diajarkan bagaimana melaksanakan kehendak rakyat. Namun, yang terjadi rakyat dikesampingkan dan mendahulukan kepentingan pribadi dan kelompoknya sendiri. Ketika demikian, maka pemimpin bisa bersifat otoriter dan fasis. Dia akan menggunakan kekuatan apapun untuk memuluskan ambisi pribadinya dan menyingkirkan lawannya.
Bagi saya, orang yang akan terjun di politik harus berani mewakafkan dirinya, pikirannya, tenaganya, hartanya dan waktunya. Sehingga, republik hebat ini bukan sekedar jargon belaka, tetapi lebih nyata wujudnya.
Jika kita menginginkan masyarakat republik hebat yang damai, aman dan sejahtera pikirannya dan fisiknya, maka jangan pernah melakukan kekerasan dan diskriminasi dalam bentuk apapun. Apalagi kekerasan dan diskriminasi psikologi yang abstrak namun berdampak ekstrim secara biologis.
Demokrasi sebagai konsensus politik di republik hebat ini, terkadang harus mendahulukan sikap mengalah demi resolusi konflik. Di situlah sikap mengalah tidak berarti kalah. Tetapi didasarkan pada logika dan knowledge bukan egois. Di sinilah kesulitan akan dialami oleh pemimpin republik hebat ini.
Dalam kamus politik, terkadang perlu menerapkan strategi seperti dalam pertandingan sepak bola. Kita harus cukup cerdik untuk memahami permainan, dan cukup bodoh untuk berpikir itu penting,
Seperti rumput kecil yang meliuk-liuk karena terpaan angin, namun akan berdiri tegak kembali ketika badai telah usai.
Maka republik hebat Pamekasan ini sangat membutuhkan pemimpin yang mempunyai sifat indah, sejuk, menawan dan mampu menerangi kegelapan. Sebagai seorang pemimpin hendaknya dapat memberikan keteduhan dan ketentraman batin bagi anak buahnya, dapat memecahkan persoalan yang dihadapi bawahannya.
Misal, bagaimana menyelesaikan persoalan kesejahteraan, dinas, maupun pribadi. Dengan demikian seorang pemimpin akan dikagumi oleh anak buahnya.
Republik Hebat membutuhkan Pemimpin yang memiliki sifat merata, dan dapat mengisi setiap ruang yang kosong. Ibarat angin mampu menembus dan masuk ke segala ruang hampa. Pemimpin hendaknya bersifat teliti, cermat dan dapat menyelami segala kehidupan anak buahnya.
Pemimpin hendaknya mampu mengumpulkan data yang tepat dan akurat sehingga keputusan yang diambil lebih bijaksana. Pengalaman pemimpin juga dapat membuat kita semakin bisa mengendalikan diri, introspeksi diri terhadap perilaku, kebiasaan, hingga rencana hidup yang selama ini telah dilakukan. Introspeksi dapat dilakukan dengan cara refleksi diri terhadap pencapaian hidup.
Republik Hebat membutuhkan pemimpin yang bersifat tegak dan tidak pandang bulu. Jangan menjadi pemimpin yang egois, ketika ada yang mendekat akan hangus terbakar.
Seorang pemimpin hendaknya memegang prinsip yang kuat, kata-katanya bisa dipertanggungjawabkan, konsekuen dan penuh tanggung jawab atas semua perbuatannya. Ia bersifat adil, tidak pilih kasih, siapa yang salah dihukum dan siapa yang berhasil diberi penghargaan. Artinya pemimpin harus bijaksana.
Demikian sifat-sifat pemimpin yang diharapkan di republik hebat ini agar bisa menanggulangi konflik yang ada pada keadaan yang dipimpinnya.
Tulisan ini bisa menjadi masukan bagi seorang pemimpin dalam memecahkan suatu masalah dalam kemelut kepemimpinan yang rumit dan yang menuntut tanggung jawab demi keberhasilan dalam mencapai tujuan individu, baik secara komunal atau individual.
Kesalahan yang paling parah, adalah kesalahan yang tidak belajar dari kesalahan itu sendiri. Sesungguhnya kesalahan adalah fitrah manusia sekaligus perintah untuk memperbaiki diri, agar kita tidak terlukai oleh kesalahan berikutnya.
Saya doakan republik hebat ini betul-betul hebat. Sebagai putra berdarah Pamekasan, ijinkan saya untuk pergi namun untuk kembali lagi. Wassalam
*) Mantan Kepala Lapas Kelas II A Pamekasan. Tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggungjawab penulis.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post