PAMEKASAN, MADURANET – Rumah Moderasi Beragama IAIN Madura, menyelenggarakan Seminar Nasional Daring, Selasa (17/11/2020). Kegiatan ini sebagai respon terhadap dinamika pemikiran keagamaan yang berkembang belakangan ini. Tema yang diusung yaitu, Visi Moderasi Beragama di Tengah Kontestasi Gerakan Islam Kontemporer.
Tiga narasumber dihadirkan dalam seminar daring ini, yakni Prof. Dr. Suyitno, M.Ag (Direktur Diktis Kemenag RI), Aceng Abdul Azis, M.Pd (Ketua Pokja Moderasi Beragama Kemenag RI), dan Dr. Kholid Syeirazi, M.Si (Sekjen ISNU).
Ketua Rumah Moderasi Beragama IAIN Madura, Ahmad Fawaid dalam rilis tertulis yang diterima Maduranet menjelaskan, moderasi beragama menjadi pilihan tepat di tengah “mengerasnya” pemikiran dan tindakan beragama umat Islam yang dipicu oleh dinamika politik global di satu sisi, dan dinamika politik nasional di sisi yang lain.
“Kondisi global dan nasional, berkontribusi terhadap mengerasnya pemikiran akhir-akhir ini,” ujar Ahmad Fawaid.
Khalid Syeirazi, Sekjen ISNU menjelaskan, konsepsi moderatisme (wasathiyah) Islam, berdiri di tengah dua ekstremisme, ekstremisme liberal di satu sisi dan ekstremisme radikal-fundamentaslis di sisi yang lain.
Menurutnya, ekstrem liberal mendesak agama ke ranah privat dan melarang tempat bagi agama di ruang publik. Di sisi yang lain, ekstrem radikal bertolak dari asumsi bahwa Islam mengatur segalanya, termasuk tata negara, dengan petunjuk baku dan pasti.
“Dua kecenderungan ini tentu saja berbahaya. Bukan saja karena keduanya memiliki tingkat ektremitas yang tinggi, tetapi juga karena keduanya merasa benar pada dirinya masing-masing,” kata Khalid Syeirazi.
Karena itulah, diperlukan visi dan nalar moderasi beragama. Visi moderasi beragama ini diharapkan, sebagaimana diungkapkan Aceng Abdul Azis, bisa mengedepankan keseimbangan dalam hal keyakinan, moral, dan watak sebagai ekspresi sikap keagaaman individu dan kelompok tertentu.
Selain itu, dengan visi moderasi beragama, diharapkan bisa terjadi keseimbangan dalam memahami ajaran agama. Sikap seimbang tersebut diekspresikan secara konsisten dalam memegangi prinsip ajaran agamanya, dengan mengakui keberadaan pihak lain, bukan saling menyalahkan satu dengan lainnya.
“Visi dan nalar moderasi ini meniscayakan agar kehadiran kita, baik dalam ucapan maupun tindakan, bisa membuat orang lain aman, nyaman, dan tentram selaras dengan pesan profetik, yaitu: al-muslimūn man salima al-muslimūna bilisānih wa yadih (Orang Islam adalah mereka yang membuat lainnya nyaman, aman, dan selamat dari ucapan dan tindakannya),” ungkap Ahmad Fawaid.
Get real time update about this post categories directly on your device, subscribe now.
Komentar post